Sabtu, 08 Oktober 2011

Analisis Sajak W.S. Rendra : Blues untuk Bonnie


Buku sastra yang paling penting di tahun 1971 adalah kumpulan sajak W.S. Rendra dengan judul “Blues untuk Bonnie”. Kumpulan sajak ini dianggap penting karena sajak-sajaknya bukan saja melukiskan kehidupan sosial politik masyarakat pada saat itu, yang berada di bawah cengkraman pemerintahan masa Orde Baru tapi juga menggemakan keinginan masyarakat yang memberontak terhadap pelaksanaan pamerintahan yang sudah tidak sesuai lagi dengan cita-cita kemerdekaan.
Berbeda dengan karya-karya lain di tahun itu yang lebih menonjolkan unsur ”kekinian” , sajak-sajak Rendra  menggambarkan perjalanan sejarah kehidupan bangsa Indonesia.  Bukan hanya yang sedang terjadi pada masa itu, tetapi juga dikaitkan dengan keadaan pada masa kemerdekaan Indonesia. Sehingga di dalam sajak-sajaknya muncul suatu perbandingan semangat pada zaman kemerdekaan dengan setelah kemerdekaan. Rendra menggambarkannya dengan susutnya kemanisan pada sajak-sajaknya yang mencerminkan turunnya semangat kemajuan setelah kemerdekaan. Hal ini dipicu oleh berbagai permasalahan yang muncul setelah masa kemerdekaan itu sendiri. Hingga akhirnya di tahu 1971, Indonesia dicengkeram oleh pemerintahan Orba yang membatasi masyarakat dalam menyuarakan isi hatinya. Keadaan yang demikian,  menimbulkan pemberontakan batin bagi Rendra. Pemberontakan batin ini  mendorong dirinya untuk menuliskan sajak-sajak yang pada akhirnya dibukukan dengan judul ”Blues untuk Bonnie”.
Sebagai contoh adalah pada salah satu sajak Rendra yang berjudul ”Kupanggili Namamu”.
            Kupanggili Namamu
Malam jang berkeluh kesah
memeluk djiwaku jang pajah jang resah
karena memberontak terhadap rumah
memberontak terhadap adat jang latah
dan achirnja tergoda tjakrawala.
Sia-sia kutjari pantjaran sinar matamu.
Ingin kuingat lagi bau tubuhmu jang kini sudah kulupa.
Sia-sia.
Tak ada jang bisa kudjangkau.
Sempurnalah kesepianku.  
Dalam sajak tersebut, Rendra secara tegas mengungkapkan pemberontakannya terhadap pelaksanaan pemerintahan saat itu. Hal ini disampaikan Rendra melalui larik ”karena memberontak terhadap rumah” dalam sajaknya, yang diperkuat dengan larik selanjutnya “memberontak terhadap adat yang latah”. Memberontak terhadap adat mewakili perasaan Rendra yang tidak puas dengan sikap dan kebiasaan pemerintah dalam menjalankan pemerintahannya. Pemerintah seringkali mengabaikan suara-suara rakyat sehingga terbentuk pemerintahan yang otoriter dan melenceng dari cita-cita kemerdekaan.
Namun, dibawah kekuasaan pemerintah yang begitu kuat, pemberontakan itu menjadi hal yang sia-sia. Keputusasaan Rendra tercermin dalam larik “Sia-sia kutjari panjaran sinar matamu”. Kemerdekaan yang notabennya identik dengan kebebasan menjadi tidak berarti. Hal ini menimbulkan kerinduan rakyat akan indahnya kebebasan dalam kemerdekaan.
Dari uraian di atas tampaklah bahwa kumpulan sajak Rendra yang berjudul “Blues untuk Bonnie” merupakan karya sastra yang paling penting pada tahun 1971, karena mewakili aspirasi rakyat secara keseluruhan.

4 komentar:

  1. Hai, Orchidwhy..
    Salam kenal, saya pulausastra.blogspot.com
    Boleh saya follow blog Anda?
    Di mana kolom follow-nya? :)

    BalasHapus
    Balasan
    1. Hai juga Andrall Intrakta...:)
      Wah, saya senang sekali, silakan follow di pojok kanan atas...
      Maaf ya, balesannya telat...

      Hapus
  2. Terimakasih untuk informasinya. Saya sekarang sudah lumayan mengerti latar belakang puisi ini. Tetapi saya bingung, catatan bebek itu apa,ya?
    Karena setahu saya, cuman catatan kaki?

    Di tunggu jawabannya !

    BalasHapus
    Balasan
    1. Haloo screen..:)
      Maaf sebelumnya, saya juga masih belajar. Anggap saja sesobek catatan bebek itu hanya sekadar nama (hehe). Silakan jika mempunyai saran untuk nama blog saya..:)
      Jangan lupa follow di pojok kanan atas ya...^^

      Hapus