Buku
sastra yang paling penting di tahun 1971 adalah kumpulan sajak W.S. Rendra
dengan judul “Blues untuk Bonnie”. Kumpulan sajak ini dianggap penting
karena sajak-sajaknya bukan saja melukiskan kehidupan sosial politik masyarakat
pada saat itu, yang berada di bawah cengkraman pemerintahan masa Orde Baru tapi
juga menggemakan keinginan masyarakat yang memberontak terhadap pelaksanaan
pamerintahan yang sudah tidak sesuai lagi dengan cita-cita kemerdekaan.
Berbeda
dengan karya-karya lain di tahun itu yang lebih menonjolkan unsur ”kekinian” ,
sajak-sajak Rendra menggambarkan
perjalanan sejarah kehidupan bangsa Indonesia.
Bukan hanya yang sedang terjadi pada masa itu, tetapi juga dikaitkan
dengan keadaan pada masa kemerdekaan Indonesia. Sehingga di dalam
sajak-sajaknya muncul suatu perbandingan semangat pada zaman kemerdekaan dengan
setelah kemerdekaan. Rendra menggambarkannya dengan susutnya kemanisan pada
sajak-sajaknya yang mencerminkan turunnya semangat kemajuan setelah
kemerdekaan. Hal ini dipicu oleh berbagai permasalahan yang muncul setelah masa
kemerdekaan itu sendiri. Hingga akhirnya di tahu 1971, Indonesia dicengkeram
oleh pemerintahan Orba yang membatasi masyarakat dalam menyuarakan isi hatinya.
Keadaan yang demikian, menimbulkan pemberontakan
batin bagi Rendra. Pemberontakan batin ini mendorong dirinya untuk menuliskan sajak-sajak
yang pada akhirnya dibukukan dengan judul ”Blues untuk Bonnie”.
Sebagai
contoh adalah pada salah satu sajak Rendra yang berjudul ”Kupanggili Namamu”.
Kupanggili Namamu
Malam jang berkeluh kesah
memeluk djiwaku jang pajah jang resah
karena memberontak terhadap rumah
memberontak terhadap adat jang latah
dan achirnja tergoda tjakrawala.
Sia-sia kutjari pantjaran sinar matamu.
Ingin kuingat lagi bau tubuhmu jang kini sudah kulupa.
Sia-sia.
Tak ada jang bisa kudjangkau.
Sempurnalah kesepianku.
Dalam sajak tersebut, Rendra secara
tegas mengungkapkan pemberontakannya terhadap pelaksanaan pemerintahan saat
itu. Hal ini disampaikan Rendra melalui larik ”karena memberontak terhadap
rumah” dalam sajaknya, yang diperkuat dengan larik selanjutnya “memberontak
terhadap adat yang latah”. Memberontak terhadap adat mewakili perasaan Rendra
yang tidak puas dengan sikap dan kebiasaan pemerintah dalam menjalankan
pemerintahannya. Pemerintah seringkali mengabaikan suara-suara rakyat sehingga
terbentuk pemerintahan yang otoriter dan melenceng dari cita-cita kemerdekaan.
Namun, dibawah kekuasaan pemerintah
yang begitu kuat, pemberontakan itu menjadi hal yang sia-sia. Keputusasaan
Rendra tercermin dalam larik “Sia-sia kutjari panjaran sinar matamu”.
Kemerdekaan yang notabennya identik dengan kebebasan menjadi tidak berarti. Hal
ini menimbulkan kerinduan rakyat akan indahnya kebebasan dalam kemerdekaan.
Dari uraian di atas tampaklah bahwa
kumpulan sajak Rendra yang berjudul “Blues untuk Bonnie” merupakan karya sastra
yang paling penting pada tahun 1971, karena mewakili aspirasi rakyat secara
keseluruhan.
Hai, Orchidwhy..
BalasHapusSalam kenal, saya pulausastra.blogspot.com
Boleh saya follow blog Anda?
Di mana kolom follow-nya? :)
Hai juga Andrall Intrakta...:)
HapusWah, saya senang sekali, silakan follow di pojok kanan atas...
Maaf ya, balesannya telat...
Terimakasih untuk informasinya. Saya sekarang sudah lumayan mengerti latar belakang puisi ini. Tetapi saya bingung, catatan bebek itu apa,ya?
BalasHapusKarena setahu saya, cuman catatan kaki?
Di tunggu jawabannya !
Haloo screen..:)
HapusMaaf sebelumnya, saya juga masih belajar. Anggap saja sesobek catatan bebek itu hanya sekadar nama (hehe). Silakan jika mempunyai saran untuk nama blog saya..:)
Jangan lupa follow di pojok kanan atas ya...^^